UJI SENSITIFITAS Staphylococcus aureus PADA LUKA TERBUKA TERHADAP
AIR PERASAN DAUN JAMBU BIJI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Penyakit akibat infeksi merupakan salah
satu masalah dalam bidang kesehatan yang terus berkembang. Penyakit infeksi mungkin merupakan penyakit yang
banyak diderita masyarakat Indonesia sejak dulu. (Dzulkarnain, 1996:
35 )
Sebagian
besar penyakit infeksi di Indonesia disebabkan oleh bakteri. Pertumbuhan dan
reproduksi bakteri relatif cepat. Staphylococcus aureus merupakan salah
satu bakteri penyebab infeksi. Dalam keadaan normal Staphylococcus aureus terdapat
di saluran pernapasan atas, kulit, saluran cerna, dan vagina.
Salah satu upaya untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat yaitu dengan mengendalikan populasi bakteri yang dapat
menimbulkan infeksi atau gangguan kesehatan dengan menggunakan antibiotik. Pada waktu sekarang penyakit infeksi dapat diobati menggunakan obat
modern diantaranya antibiotika. Bakteri yang tahan terhadap antibiotik
ini menyebabkan masalah kesehatan utama di rumah sakit dan lembaga kesehatan.
Zaman dahulu bahan modern ini tidak dikenal dan masyarakat pada waktu itu
tergantung pada berbagai bahan yang diperoleh disekitar rumah termasuk
pekarangan atau hutan sekitarnya. Dari berbagai catatan diketahui banyak
tanaman yang digunakan untuk mengatasi keluhan yang mungkin sekali disebabkan
kuman (infeksi). Para peneliti menemukan bahwa bakteri
super yang kebal terhadap serum antibiotik dalam ilmu pengobatan moderen
terkadang dapat diobati dengan metode pengobatan kuno sebelum ditemukan
antibiotik.
Dari penelusuran dapat dijaring 106
simplisia yang diuji daya antibakterinya; di antaranya : 42 simplisia diketahui
digunakan secara empinik untuk infeksi saluran pencernaan, 33 simplisia
tercatat digunakan secara empinik sebagai obat penyakit kulit, 6 simplisia
digunakan secara empirik untuk infeksi kandung kemih, 1 simplisia digunakan
secara empirik sebagai obat infeksi tenggorokan. Beberapa simplisia lain tidak
jelas penggunaan empiriknya tetapi diteliti daya antibakterinya. Diantaranya 9
simplisia hanya diuji bentuk empiriknya (infus, rebusan atau perasan), 82
simplisia diuji dalam bentuk isolatnya (disari menggunakan berbagai jenis
pelarut), 15 simplisia diuji dalam bentuk kedua jenis sediaan ialah bentuk
empirik dari isolatnya.
Jumlah sediaan yang mempunyai daya
antibakteri positif (+) sebanyak 85 simplisia, baik dalam bentuk empinik,
isolat atau dalam kedua bentuk, dari beberapa simplisia belum diperoleh
informasinya; 16 simplisia belum jelas dibuktikan berdaya antibakteri
menggunakan cara, dosis atau konsentrasi, dan kuman yang digunakan. Lima simplisia
dengan cara yang telah digunakan tidak terbukti mempunyai daya antibakteri.
Daun jambu biji (Psidium guajava
Linn) juga digunakan sebagai alternatif obat tradisional. Kandungan kimia
daun jambu biji terdiri dari tanin, minyak asiri, kuersetin, 3-arabinopiranosida, guajaverin,
leukosianidin, amritosida, avikularin,
asam galat. Kegunaan tanin sebagai astringent, kandungan minyak
asiri dan bahan aktif lain sebagai ramuan antibakteri. Hasil percobaan
farmakologi menunjukkan bahwa Psidium guajava Linn mempunyai efek
antibakteri terhadap Staphylococcus sp.
Dari hasil tersebut maka perlu dilakukan
penelitian dengan judul “ Uji sensitifitas Staphylococcus
aureus pada luka terbuka terhadap air perasan daun jambu biji “.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana
sensinsitifitas antibakteri dari air perasan daun jambu biji terhadap Staphylococcus aureus?
2. Apakah
air perasan daun jambu biji dapat menghambat perumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?
0 komentar:
Post a Comment