INKONTINENSIA URIN PADA IBU GRAVIDA



SKRIPSI


PENGARUH PEMBERIAN SENAM KEGEL TERHADAP TINGKAT INKONTINENSIA URIN PADA IBU GRAVIDA






PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN 

BAB 1
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Pada ibu hamil biasanya terjadi lebih sering berkemih, terutama sejak trimester pertama, dan akan mencapai puncaknya di semester ketiga. Tadinya mungkin keinginan buang air kecil muncul sekitar 4-5 jam sekali, tetapi kala hamil bisa tiap 1-2 jam sekali. Pada trimester pertama, keinginan bolak-balik ke toilet lebih disebabkan tekanan pada kandung kemih oleh rahim yang mulai membesar. Kapasitas kandung kemih yang semula berkisar 400-500 ml menjadi tinggal separuhnya saja, sehingga keinginan buang air kecil pun jadi lebih sering.
Pada trimester ketiga, rasa ingin berkemih terjadi lebih sering karena ukuran rahim semakin besar seiring dengan janin yang juga membesar. Terlebih, di akhir trimester ketiga, kepala janin mulai turun ke rongga panggul.
Sehingga, tekanan pada kandung kemih pun makin besar. Volume urine sedikit saja sudah membuat ibu ingin berkemih. Tekanan berlebih dalan kandung kemih akan menyebabkan urin menetes atau keluar diluar periode berkemih yang disebut inkoninensia urin. (Selagi Hamil, 2009)
Keadaan ini dapat menimbulkan bebagai permasalahan, antara lain: masalah medik, social, maupun ekonomi. Masalah medik berupa iritasi dan kerusakan kulit di sekitar kemaluan akibat urin, masalah social berupa perasaan malu, mengisolasi diri dari pergaulannya, dan mengurung diri di rumah. Pemakaian diapers atau perlengkapan lain guna menjaga supaya tidak terlalu basah oleh urin, memerlukan biaya yang tidak sedikit (Purnomo,2008).
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan keluarnya urin (Purnomo, 2008). Pada ibu hamil terjadi peningkatan vaskularisasi ke organ-organ pelvik, juga mempengaruhi peningkatan kegiatan ginjal seperti frekuensi BAK yang lebih sering. Peningkatan suplai darah ke ginjal dan ureter juga menyebabkan terjadinya dilatasi karena proses adaptasi dari sel-sel glomerolus ginjal dan ureter, terhadap proses kerja yang semakin meningkat. Frekuensi BAK yang sering juga disebabkan karena penekanan terhadap kandung kemih oleh uterus dan saat penurunan janin ke rongga panggul di samping itu aktifitas renin angiotensin juga meningkat yang mempengaruhi reabsorbsi natrium.(Bobak,2005).
Prevalensi kelainan ini cukup tinggi, yakni pada wanita kurang lebih 10%-40% dan 4-8% sudah dalam keadaan cukup parah pada saat datang berobat. Survey yang dilakukan diberbagai negara Asia didapatkan bahwa prevalensi pada beberapa bangsa Asia adalah rata-rata 12,2% (14,8% pada wanita dan 6,8% pada pria). Dikatakan oleh berbagai penulis bahwa sebenarnya prevalensi yang dilaporkan itu baru merupakan 80% dari prevalensi sesungguhnya karena sebagian dari mereka tidak terdeteksi, hal ini karena pasien menganggap penyakit yang dialami ini merupakan hal yang wajar atau mereka enggan menceritakan keadaannya kepada dokter karena takut mendapatkan pemeriksaan yang berlebihan.(Purnomo.2008) 


DOWNLOAD FILE:


0 komentar: