GANGGUAN
TIDUR DAN PENYEBABNYA
Disusun untuk memenuhi tugas KDM
Semester genap
Disusun oleh:
PROGRAM
STUDI ILMU KESEHATAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
KADIRI
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah KDM yang berjudul “Gangguan
tidur dan penyebabanya”.
Sudut pandang ini bertujuan agar
makalah ini mampu memberikan penjelasan dan sekaligus panduan tersirat tentang
apakah itu“Gangguan tidur
dan penyebabnya”.Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengembangkan
pengetahuan tentang Gangguan
tidur dan penyebabnya disampaikan secara kontekstual dan dihubungkan dengan
berbagai fakta empiris.
Kami
menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna,oleh karena itu kritik dan
saran yang dapat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang mendukung dan memungkinkan makalah ini bisa
diselesaikan. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi referensi yang
mendukung pembelanjaran bagi mahasiswa dan dosen.
Kediri, 19
maret 2010
Tim Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
judul………………………………………………………………………. i
Kata
pengantar……………………………………………………………………… ii
Daftar
isi…………………………………………………………………………….. iii
Bab I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang……………………………………………………………. 1
1.2
Tujuan……………………………………………………………………… 1
1.3
Rumusan Masalah………………………………………………………...1
Bab II ISI
2.1 Definisi.………………………………………………………………..........2
2.2 Penyebab Gangguan Tidur..……………………………………………..2
2.1.1
Kondisi medis penyebab gangguan tidur……………….………..2
2.1.2
Kondisi psikologis penyebab gangguan tidur…………………....3
2.1.3 Kondisi lingkungan penyebab
gangguan tidur…………………..3
2.3
Klasifikasi Gangguan Tidur..……………………………………………...3
2.3.1
Gangguan tidur primer……………………………………………...3
2.3.2
Gangguan tidur terkait gangguan mental lain…………………...3
2.3.3
Gangguan tidur akibat kondisi medic……………………………..4
2.3.4
Gangguan tidur akibat zat…………………………………………..4
2.4
Macam-macam Gangguan Tidur…..……………………………………..4
2.5.
Gangguan Tidur Lanjut Usia.…………………………………………….6
2.5.1
Gangguan tidur terkait pernafasan………………………………..6
2.5.2
Gangguan tidur akibat kodisi medic umum………………………8
2.5.3
Gangguan tidur akibat gangguan mental………………………...10
2.6
Upaya Untuk Mengatasi Gangguan Tidur………………………. ……...11
Bab III PENUTUP
3.1
Kesimpulan………………………………………………………………. 12
3.2
Saran……………………………………………………………………… 12
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tidur
merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat
berfungsi dengan baik. Masyarakat awam belum begitu mengenal gangguan tidur
sehingga jarang mencari pertolongan.
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling
sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur
dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan
tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada
usia lanjut.
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan
akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun
daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi,
kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti gangguan
tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan
mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup
1.2 Tujuan
·
Mengetahui definisi dan penyebab gangguan
tidur
·
Mengetahui Klasifikasi gangguan tidur
·
Mengetahui macam-macam gangguan tidur
1.3 Rumusan masalah
·
Apa yang dimaksud dengan gangguan tidur.
·
Bagaimana klasifikasi gangguan tidur.
·
Apa macam-macam gangguan tidur.
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Gangguan tidur merupakan suatu kondisi yang
jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang
mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut; insomnia ;
gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga di tengah malam;
atau rasa mengantuk yang berlebihandi siang hari (Naylor dan Aldrich, 1994).
Banyak orang dewasa di amerika serikat memiliki hutang tidur yang sigifikan
karena ketidak adequatan dalam hal kuantitas maupun kualitas tidur malamnya dan
mengalami hipersomnolen disiang hari selama melaksanakan aktivitas sehari –
hari (national commission on sleep disorders research, 1993).
2.2 Penyebab gangguan tidur
2.2.1
Kondisi medis yang dapat menyebabkan gangguan tidur:
·
Gangguan
pada jantung seperti gagal jantung dan iskemia pada pembuluh koroner
·
Stroke,
kondisi degenerative, demensia, gangguan tidur karena gangguan CNS
·
Hipotiroid,
menopause, siklus menstruasi, kehamilan, dan hipogonadism
·
Gangguan
paru obstruktif, asma, Pickwikian sindrom (Obstructive sleep apnea
syndrome).
·
Penyakit
muntahan cairan lambung
·
Gangguan
pada darah
·
Penggunaan
obat seperti dekongestan, koritokosteroid, dan bronkodilator
·
Kondisi
lainnya seperti Demam, nyeri dan infeksi
2.2.2 Kondisi psikologis yang dapat
menyebabkan gangguan tidur:
·
Depresi
dapat menyebabkan gangguan dalam REM (rapid eye movement)
·
Sindrom
Post Trauma
·
Obat-obatan
psikotropika
·
Pikiran
yang membebani atau stress
·
Tegang-cemas
2.2.3 kondisi lingkungan yang dapat
menyebabkan gangguan tidur :
·
Kejadian
yang mengancam nyawa atau kejadian yang memiliki stress tinggi
·
Gangguan
siklus tidur akibat waktu kerja yang tidak tetap (malam dan pagi)
·
Lingkungan
yang bising, dingin, ataupun terlalu panas.
2.3 KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
2.3.1 Gangguan tidur primer
Gangguan
tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan disebabkan oleh gangguan mental
lain, kondisi medik umum, atau zat. Gangguan tidur ini dibagi dua yaitu
disomnia dan parasomnia. Disomnia
ditandai dengan gangguan pada jumlah, kualitas, dan waktu tidur. Parasomnia dikaitkan dengan perilaku
tidur atau peristiwa fisiologis yang dikaitkan dengan tidur, stadium tidur
tertentu atau perpindahan tidur-bangun. Disomnia terdiri dari insomnia primer,
hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan,
gangguan ritmik sirkadian tidur, dan disomnia yang tidak dapat
diklasifikasikan. Parasomnia terdiri dari gangguan mimpi buruk, gangguan teror
tidur, berjalan saat tidur, dan parasomnia yang tidak dapat diklasifikasikan.
2.3.2 Gangguan tidur terkait gangguan mental lain
Gangguan
tidur terkait gangguan mental lain yaitu terdapatnya keluhan gangguan tidur
yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan mentallain (sering karena gangguan
mood) tetapi tidak memenuhi syarat untuk ditegakkan sebagai gangguan
tidur tersendiri. Ada dugaan bahwa mekanisme patofisiologik yang mendasari
gangguan mental juga mempengaruhi terjadinya gangguan tidur-bangun. Gangguan
tidur ini terdiri dari: Insomnia terkait aksis I atau II dan Hipersomnia
terkait aksis I atau II.
2.3.3 Gangguan tidur akibat kondisi medik umum
Gangguan
akibat kondisi medik umum yaitu adanya keluhan gangguan tidur yang menonjol
yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum terhadap
siklus tidur-bangun.
2.3.4 Gangguan tidur akibat zat
Adanya
keluhan tidur yang menonjol akibat sedang menggunakan atau menghentikan
penggunaan zat (termasuk medikasi). Penilaian sistematik terhadap seseorang
yang mengalami keluhan tidur seperti evaluasi bentuk gangguan tidur yang
spesifik, gangguan mental saat ini, kondisi medik umum, dan zat atau medikasi
yang digunakan, perlu dilakukan
2.4 Macam-macam gangguan tidur
·
Insomnia
Merupakan suatu keadaan ktidakmampuan
mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas,dengan keadaan
tidur hanya sebentar atau susah tisur. insomnia terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu: initial insomnia, merupakan
ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur; intermiten insomnia,
merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari;
dan terminal insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah
bangun tidur pada malam hari. proses gangguan tidur ini kemungkinan besar
disebabkan oleh adanya rasa khawatir, karena tekakan jiwa, ataupun stress.
·
Hipersomnia
Merupakan
gangguan tidur dengan criteria tidur berlebihan, pada umumnya lebih dari
sembilan jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah
psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan
gangguan ,metabolisme.
· Parasomnia
Merupakan kumpulan beberapa penyakit yang
dapat menggangu pola tidur, seperti somnabolisme (berjalan-jalan dalam tidur)
yang banyak terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap iii dan tahap iv dari tidur nrem. somnabolisme
ini dapat menyebabkan cidera.
· Enuresa
Merupakan buang air kecil yang tidak
disengaja pada waktu tidur atau biasa disebut dengan istilah mengompol. enuresa
dibagi menjadi dua jenis yaitu: enuresa nocturnal, merupakan mengompol diwaktu
tidur dan enuresa diurnal mengompol pada saat bangun tidur. enuresanokturnal
umumnya merupakan gangguan pada tidur nrem.
· Apnea tidur dan mendengkur
Mendengkur pada umumnya tidak termasuk
gangguan tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat
menjadi masalah. mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangan dalam
pengaliran udara dihidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan
adenoid amndel, atau mengendurnya otot dibelakang mulut. terjadinya apnea dapat
mengacaukan jalannya pernafasan sehingga dapat mengakibatkan henti nafas. bila
kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah
menurun dan denyut nadi jadi tidak teratur.
· Narcolepsi
Merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan
diri untuk tidur, misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan
kendaraan, atau disaat sedang membicarakan sesuatu. hal ini merupakan gangguan
neurologist.
· Mengigau
Mengigau dikategorikan dalam gangguan tidur
bila terlalu sering dan diluar kebiasaan. dari hasil pengamatan, ditemukan
bahwa hampir semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur rem.
2.5 Gangguan Tidur
Lanjut Usia
2.5.1 Gangguan tidur
terkait pernafasan
Ditandai
dengan episode berulang henti nafas yang menyebabkan terjadinya hipoksia dan
terbangun berkali-kali. Keadaan ini dapat terjadi akibat gangguan ventilasi
ketika tidur (hipoventilasi alveolar sentral). Gangguan tidur ini tidak
disebabkan oleh gangguan mental lain dan tidak pula akibat langsung pengaruh
fisiologik atau zat (termasuk medikasi). Penderita sering mengeluh mengantuk
berlebihan di siang hari sehingga mengganggu fungsinya. Rasa kantuk yang
berlebihan ini terjadi akibat seringnya terbangun di malam hari karena
penderita berusaha untuk bernafas normal. Rasa kantuk sering muncul pada
situasi santai misalnya ketika membaca dan menonton TV atau dalam pertemuan.
Bila rasa kantuk sangat berlebihan, penderita bisa jatuh tidur meskipun ia
sedang dalam keadaan aktif misalnya sedang bercakap-cakap, makan, berjalan,
atau berkendara. Tertidur sejenak tidak menyegarkan bahkan dapat menimbulkan
nyeri kepala. Apnea tidur lebih sering terjadi pada laki-laki terutama bila ia
tidur telentang. Peristiwa-peristiwa respirasi abnormal yang terjadi pada apnea
tidur yaitu apnea (episode berhenti nafas), hipopnea (respirasi lambat dan
dangkal), dan hipoventilasi ( abnormal kadar oksigen dan karbon dioksida
darah). Episode apnea dapat dieksaserbasi oleh penggunaan obat-obat yang
mendepresi susunan saraf pusat dan alkohol. Mendengkur, hipertensi, dan
penyakit kardiovaskuler berkaitan dengan apnea tidur. Bila sindrom apnea tidur
derajatnya berat dan tidak diobati, gangguan fungsi jantung dapat terjadi dan
mortalitas meningkat.
Ada tiga bentuk apnea tidur yaitu:
· Sindrom apnea tidur obstruktif
Bentuk apnea tidur yang
paling sering ditemukan. Sindrom ini ditandai dengan episode berulang obstruksi
jalan nafas atas (apnea-hipopnea) selama tidur. Biasanya terjadi pada penderita
yang sangat gemuk. Penderita biasanya tidur mendengkur (sangat keras) dan nafas
pendek bergantian dengan episode diam yang berlangsung sekitar 20-30 detik.
Tanda-Tanda dan Gejala Apnea Tidur Obstruktif
Susunan saraf pusat
·
Somnolen berlebihan di siang hari
·
Gelisah nokturnal
·
Depresi
·
Deteriorasi kognitif
·
Nyeri kepala di pagi hari
·
Berkurangnya dorongan seksual
Respirasi
·
Mendengkur
·
Mulut dan tenggorok kering
· Sindrom apnea tidur sentral
Ditandai dengan
penghentian episodik ventilasi ketika tidur (apnea dan hipopnea) tanpa
obstruksi jalan udara. Gangguan ini sering terjadi pada lansia akibat gangguan
jantung atau neurologik yang mengganggu regulasi ventilasi. Mendengkur ringan
sering ditemukan pada penderita dengan gangguan tidur ini.
· Sindrom hipoventilasi alveolar sentral.
Ditandai dengan gangguan
pengontrolan ventilasi yang mengakibatkan rendahnya kadar oksigen arteri.
Bentuk ini paling sering terjadi pada orang yang sangat gemuk dan adanya
keluhan tidur Ditandai dengan penghentian episodik ventilasi ketika tidur
(apnea dan hipopnea) tanpa obstruksi jalan udara. Gangguan ini sering terjadi
pada lansia akibat gangguan jantung atau neurologik yang mengganggu regulasi
ventilasi. Mendengkur ringan sering ditemukan pada penderita dengan gangguan
tidur ini.
Ditandai dengan gangguan pengontrolan ventilasi yang mengakibatkan
berlebihan di siang hari. Seseorang dengan apnea tidur sering mengeluh adanya
rasa tidak enak di dada pada malam hari, rasa tercekik, dan kecemasan.
2.5.2 Gangguan tidur akibat kondisi medic umum
Penyakit kardiovaskuler
Pasien
angina dapat menderita insomnia akibat serangan angina di malam hari. Begitu
pula pasien pasca infark jantung dan pasca bedah jantung sering mengeluh
insomnia. Beberapa pasien pasca infark jantung yang diobati dengan
benzodiazepin dapat mengalami apnea tidur berulang dengan durasi pendek. Selain
itu, pasien gagal jantung kronik dapat pula mengalami apnea pernafasan yang
sangat berat saat berbaring Tekanan darah secara normal menurun ketika tidur
dan meningkat ketika bangun. Kejadian-kejadian kardiovaskuler atau jantung
mengikuti pola sirkadian yaitu gangguannya sering terjadi antara pukul 6-11
pagi. Aritmia juga berkaitan dengan tidur-bangun. Takikardia ventrikel sering
terjadi antara pukul 4 dan 9 pagi. Pasien stroke akut dapat mengalami
gangguan tidur baik insomnia atau hipersomnia. Sering terbangun setelah onset
Cermin
Dunia Kedokteran No. 157, 2007202
Penyakit paru
Pasien
penyakit paru obstruktif kronik sering terbangun dan mengalami penurunan
efisiensi tidur, juga lebih berisiko untuk apnea tidur; penggunaan triazolam
0,25 mg malam hari cukup aman. Selain itu, penyakit asma dan hipoventilasi juga
dapat menyebabkan sindrom apnea tidur obstruktif. Insomnia juga sering pada
penderita asma; sekitar 60%-70% lansia terbangun tengah malam karena serangan
asmanya. Obat seperti xanthine, beta adrenergik, dan steroid sistemik yang
digunakan untuk asma atau penyakit paru obstruktif kronik dapat pula
menyebabkan insomnia. Bila pasien mengeluh gangguan tidur pertimbangkan
kemungkinan apnea tidur. Dengkuran dapat menunjukkan adanya apnea tidur.
Gangguan
neurodegeneratif
Sekitar
30% pasien Alzheimer mengalami gangguan tidur seperti kurang tidur, sering
terbangun, bingung atau berjalan saat tidur, dan mengantuk di siang hari.
Insomnia yang terjadi dikaitkan dengan perubahan pola tidur siang-malam yang
biasanya terjadi pada awal penyakit. Agitasi nokturnal juga bisa menyebabkan
insomnia. Agitasi nokturnal dan insomnia sering menjadi alasan penderita dibawa
ke rumah sakit. Penderita Alzheimer yang gangguan tidurnya lebih berat dapat
mengalami penurunan kognitif lebih cepat. Mereka lebih sensitif terhadap efek
samping obat yang diresepkan untuk tidur
2,8.
Gangguan
tidur dapat pula terjadi pada penyakit Parkinson. Gangguan tidur pada pasien
ini dikaitkan dengan nokturia, nyeri, kekakuan, sulit membalikkan tubuh di
tempat tidur, dan dapat pula akibat terapi levodopa dan bromocriptine.Gangguan
degeneratif lain seperti Huntington atau penyakit lain yang menimbulkan
mioklonus dan khorea dapat menimbulkan insomnia .
Penyakit endokrin
Hipertiroidisme
sering menimbulkan insomnia. Walaupun demikian, insomnia kadang-kadang dapat
pula ditemukan pada penderita hipotiroidisme. Gangguan tidur kronik dapat
mengganggu regulasi glukosa. Sebaliknya, diabetes melitus dapat pula
menimbulkan insomnia. Hipoglikemia nokturnal dan nokturia atau penurunan glukosa
dapat meningkatkan rasa kantuk. Kurang tidur merupakan sinyal untuk
meningkatkan makan. Kualitas tidur lansia penderita diabetes lebih buruk
daripada yang tidak menderita diabetes.
Kanker
Insomnia
sering terjadi pada penderita kanker.
Penyakit saluran
pencernaan
Ulkus
peptikum, hernia hiatus, refleks gastroesofagus, atau kolitis dapat menimbulkan
insomnia. Hal ini dikaitkan dengan adanya nyeri nokturnal. Pasien gagal hepar
juga dapat mengalami insomnia. Insomnia memburuk bila penyakit heparnya progresif.
Ensefalopati hepatik ringan juga dapat menimbulkan insomnia. Pembatasan protein
bermanfaat secara klinik. Benzodiazepin seperti lorazepam dan oxazepam yang
metabolismenya tidak memerlukan sistem mikrosomal hepar dapat digunakan pada
lansia gagal hepar. Tidur dapat pula terganggu karena diuresis nokturnal;
gangguan jalan nafas dan refluks gastroesofagus dapat menyebabkan bronkospasme
akut sehingga mengganggu tidur.
Penyakit muskuloskeletal
Tidur
sering terganggu akibat penyakit medik lain seperti artritis, rematik, dan
sindrom nyeri lainnya. Terapi yang sesuai dapat memperbaiki tidur (misalnya,
analgesik untuk nyeri). Pasien sindrom fibromialgia sering mengeluh gangguan
tidur. Gangguan tidur yang sering terjadi yaitu RLS 6.
2.5.3 GANGGUAN TIDUR AKIBAT GANGGUAN MENTAL
o
Gangguan cemas dan depresi
Pola
tidur pasien depresi berbeda dengan pola tidur pasien tidak depresi. Pada
depresi terjadi gangguan pada setiap stadium siklus tidur. Efisiensi tidurnya
buruk, tidur gelombang pendek menurun, latensi REM juga turun, serta
peningkatan aktivitas REM. Lansia dengan keluhan insomnia harus dipikirkan
kemungkinan adanya depresi atau anksietas. Insomnia dan mengantuk di siang hari
merupakan faktor risiko depresi. Sebaliknya, penderita depresi dapat pula
mengalami gangguan kontinuitas tidur; episode tidur REM-nya lebih awal daripada
orang normal. Akibatnya, ia terbangun lebih awal, tidak merasa segar di pagi
hari, dan mengantuk di siang hari. Sekitar 40% penderita lansia depresi
mengalami gangguan tidur. Keluhan tidur dapat pula memprediksi akan terjadinya
depresi pada lansia 10.
o
Demensia dan delirium
Gangguan
tidur sering ditemukan pada demensia. Berjalan saat tidur di malam hari sering
ditemukan pada delirium meskipun pada siang hari pasien terlihat normal. Pasien
Alzheimer sering terbangun dan durasi bangunnya lebih lama. Tidur REM dan
gelombang lambat meningkat
2,8.
Cermin
Dunia Kedokteran No. 157, 2007 203
2.6 Upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur antara lain:
1. Hindari
makanan berkadar gula tinggi (madu, sirop), mengandung kafein (kopi, cokelat,
the), rokok, atau alkohol, menjelang waktu tidur.
2. Tidur
dan bangun pada waktu yang teratur setiap Hari.
3. Gunakan
tempat tidur hanya untuk hubungan intim dan tidur. Tidak untuk kegiatan lain
seperti belajar, bekerja, membaca, senam, dan sebagainya.
4. Olahraga
yang teratur akan membuat tidur menjadi lebih nyenyak dan nyaman. Demikian pula
bagi perempuan hamil, olahraga dapat mengurangi kejadian kram di tungkai bawah.
5. Biasakan tidur dalam suasana gelap tanpa lampu menyala.
6. Shalat/Berdoa.
7. Jangan gunakan obat tidur karena dapat menimbulkan efek
samping seperti gangguan ingatan, kurang waspada, sering ngompol dan sakit
kepala.
8. Konsultasi ke dokter, mungkin dokter perlu memberikan
nasihat atau obat-obat tertentu seperti melatonin, hormon estrogen, dan
sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tidur
merupakan suatu proses di otak yang dibutuhkan seseorang untuk dapat berfungsi
dengan baik. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan.
Sekitar 67% lansia mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur yang paling sering
ditemukan pada lansia yaitu insomnia, gangguan ritmik tidur, dan apnea tidur.
Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat kelompok
yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan mental lain,
gangguan tidur akibat kondisi medik umum, dan gangguan tidur yang diinduksi
oleh zat. Beberapa kondisi medik umum seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit
paru, neurodegenerasi, penyakit endokrin, kanker, dan penyakit saluran
pencernaan, serta penyakit muskuloskeletal sering menimbulkan gangguan tidur.
Gangguan mental seperti depresi, anksietas, demensia serta delirium dapat pula
menimbulkan gangguan tidur. Pola gangguan tidur pada penderita depresi berbeda
dengan yang tidak menderita depresi; pada depresi terjadi gangguan pada setiap
stadium gangguan tidur. Langkah pertama mengobati gangguan tidur adalah
mengoptimalkan terapi terhadap penyakit yang mendasarinya.
3.2 SARAN
Setelah
mempelajari penyebab gangguan tidur, diharapkan dapat mengambil manfaat untuk
mengatasi kesulitan tidur dan menggunakan pengetahuan tersebut sebagai
pendukung dalam memberikan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat.2006.Pengantar KDM Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Perry.Potter.2006.Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi
4.Jakarta:EGC.
Wahit Iqbal Mubarak.Chayatin Nurul.2008.Buku Ajar KDM
Teori dan Aplikasi dalam Praktek. Jakarta : EGC.
0 komentar:
Post a Comment