KOMPETENSI MENULIS KARANGAN SEDERHANA BERDASARKAN GAMBAR SERI DENGAN PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE



LAPORAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM KOMPETENSI  MENULIS KARANGAN SEDERHANA BERDASARKAN GAMBAR SERI
DENGAN PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE
KELAS III SDN PAYAMAN I
KECAMATAN NGANJUK KABUPATEN NGANJUK




DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH ( UPBJJ ) MALANG
POKJAR NGANJUK
PROGRAM S1 PGSD



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
   Manusia merupakan makhluk hidup yang berinteraksi dengan manusia lainya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui. Kegiatan ini membutuhkan alat, sarana, media yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi alat, sarana, dan media.
   Pada mulanya manusia hanya mengenal bahasa lisan yaitu bahasa yang hanya keluar dari lidah mereka berupa bunyi yang digunakan sebagai alat komunikasi. Seiring berkembangnya peradaban orang mulai mengenal juga bahasa yang berupa media tulisan. Sejak dikenalnya tulisan itulah manusia tidak lagi hanya menggunakan bahasa lisan tetapi juga bahasa tulis.
   Bahasa sebagai alat komunikasi memilki 3 fungsi yaitu :a)Fungsi Informasi, b)Fungsi Ekspresi ,c)Fungsi Adaptasi integrasi
            Sesuai dengan fungsi itulah setiap orang bisa memberkan informasi,
mengungkapkan ekspresi diri, serta beradaptasi dengan menggunakan media lisan dan tulisan.
   Kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa lisan dan tulis perlu pembelajaran agar bisa berfungsi optimal.  Pembelajaran yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa. Oleh karena itu pendidikan sangat berperan penting dalam proses pembelajaran tersebut.
   Pembelajaran dalam berbahasa harus dibiasakan sejak dini. Sehingga seiring perkembanganya kemampuan berbahasanya pun ikut berkembang. Dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi mengajar agar siswa dapat belajar secara aktif mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri adalah pendekatan whole language.

1
 
Pendekatan whole language dinilai tepat dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan gambar seri karena mengajarkan bahasa secara utuh baik mendengar, berbicara, membaca, menulis. Dengan dipadukanya keempat kemampuan pokok berbahasa itu diharapkan siswa sudah memiliki kemampuan berfikir secara luas sehingga tidak kesulitan setiap menulis  karangan. Sebab saat ini kebanyakan siswa pasti mengalami kesulitan setiap diberi tugas menulis karangan. Hal itu karena minimnya perbendaharaan kata akibatnya kurangnya siswa mendengar, membaca, dan menulis.
Dengan adanya pendekatan whole language ini diharapkan kemampuan siswa dalam menulis karangan benar – benar mengalami kemajuan.

B. Rumusan Masalah
            Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di depan, berikut ini dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Apakah penerapan pendekatan whole language dapat menciptakan pembelajaran  bahasa Indonesia kompetensi menulis karangan berdasarkan gambar seri di kelas III SDN Payaman I Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk, secara efektif ?
  2. Apakah kesulitan siswa kelas III SDN Payaman I, Kecamatan Nganjuk, kelas III SDN Payaman I Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk, dalam menulis karangan berdasarkan gambar seri bisa teratasi dengan pendekatan whole language ini?
  3. Apakah penerapan pendekatan whole language dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDN Payaman I Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk, khususnya pada pelajaran menulis karangan berdasarkan gambar seri

C. Tujuan Perbaikan
            Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka perbaikan ini bertujuan untuk:
  1. Membuat pembelajaran yang efektif dengan pendekatan Whole language di kelas III SDN Payaman I Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk,
  2. Mengatasi kesulitan siswa dalam menulis karangan berdasarkan gambar seri.
  3. Meningkatkan hasil belajar siswa Kelas III SDN Payaman I Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk, khususnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri.

D. Manfaat Perbaikan
      Sesuai dengan tujuan perbaikan diatas diharapkan perbaikan ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain :
  1. Bagi siswa dapat meningkatkan kemampuanya dalam menulis karangan berdasarkan gambar seri.
  2. Sebagai pelaksana perbaikan mampu mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan wawasan berfikir kritis guna melatih kemampuan memahami dan menganalisis masalah – masalah dalam pembelajaran.
  3. Memberikan masukan kepada semua guru kelas III sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia



 
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran merupakan terjemahan dari instructional. Proses memberi rangsangan kepada siswa supaya belajar. Pembelajaran berbeda dari pengajaran yang merupakan terjemahan dari teaching. Pada proses pengajaran biasanya ada guru yang mengajar siswa, sedangkan dalam proses pembelajaran tidak selalu demikian. Sesekali siswa harus belajar sendiri dari media belajar atau dari lingkungan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tugas guru mengatur supaya terjadi interaksi antara siswa dengan media belajar atau lingkungan belajar itu. Jadi pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa.
Kemampuan berbahasa dalam arti luas adalah kemampuan mengorganissasi pemikiran, keinginan, ide, atau pendapat atau gagasan dalam bahasa lisan maupun tulis. Secara umum, kemampuan ini tergantung pada frekuensi dan kualitas materi dengar, bicara, baca, tulis yang dilakukan oleh seseorang dalam keseharianya. Semakin kerap seseorang mendengar, berbicara, membaca, menulis dan semakin berkualitasnya materi yang didengar, dibicarakan, dibaca dan ditulisnya maka semakin komunikatiflah kalimat–kalimat yang dituturkanya. Dengan demikian, kemampuan berbahasa orang tersebut semakin baik.
Itulah sebabnya diperlukan upaya agar seseorang kemampuan kebahasaanya sehingga fungsi bahasa dpat diperoleh secara maksimal. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara menggiatkan latihan – latihan kebahasaan. Semakin awal upaya ini dilakukan maka semakin baik hasilnya. Latihan ini sebaiknya dilakukan sejak anak duduk di sekolah dasar. Usia sekolah dasar merupakan masa yang tepat untuk melatih kegiatan brbahasa.
Ketentuan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kuirikulum Berbasis Kompetensi:
a.      
 
  4
 
Ketentuan untuk kelas 1 dan 2
Dalam kurikulum berbasis kompetensi penekanan mata pelajaran bahasa Indonesia pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan tematik untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. Pengelolaan waktunya diserahkan kesekolah masing – masing.
b.      Ketentuan untuk kelas 3, 4, 5, dan 6
Dalam kurikulum berbasis kompetensi penekanan mata pelajaran bahasa Indonesia pada aspek yang menigkatkan kemampuan berkomunikasilisan dan tulis. Mulai kelas 3 menggunakan pendekatan mata pelajaran tunggal sesuai dengan jenis mata pelajaran dalam struktur kurikulum.
            Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
Hasil belajar Bahasa Indonesia dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah :
a.       Mendengarkan
Siswa mendengarkan dan mendenarkan tanggapan secara kritis dengan pemahaman dan kepekaan terhadap gagasan, pendapat, dan perasaan orang lain dalam berbagai bentuk wacana lisan dan informasi yang dilihat
b.      Berbicara
Siswa berbicara secara aktif untuk mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan, dalam berbagi bentuk dan cara kepada berbagai saasaran sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraaan.
c.       Membaca
Siswa membaca beragam teks, menunjukkan pemahaman secara kritis terhadap gagasan pendapat dan perasaan baik tersurat maupun tersirat memanfaaatkanya untuk berbagai tujuan serta gemar membaca berbagai jenis teks.
d.      Menulis
Siswa menulis berbagai jenis karangan untuk berbagai tujuan dan pembaca dengan memperhatiklan kosakata, ejaan, tanda baca, strukrtur kalimat, dan paragraph secara efektif.
e.       Pemahaman penggunaan
                Siswa memahami penggunaan bahasa secara beragam bergantung pada tjuan dan konteks, serta menguasai komonen – komponen kebahasaan untuk mendukung penggunaan bahasa Indonesia.
                Siswa mencintai, menghargai,dan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan memahami bahwa bahasa Indonesia mempunyai peran penting terhadap diri dan ingkunganya.
f.       Apresiasi ssastra
Siswa mampu mengapresiasi dan berekspresi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk.
Tujuan pembelajaran ini dapat diupayakan dengan menggunakan langkah – langkah pembelajaran bermakna yaitu berikut ini:
1.          Pemanasan – apersepsi
2.          Eksplorasi
3.          Konsolidasi pembelajaran
4.          Pembentukan sikap dan perilaku
5.          Penilaian formatif
B. Menulis
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.
Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno.
Tulisan dengan aksara muncul sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak saat ini) menciptakan tanda-tanda pada tanah liat. Tanda-tanda tersebut mewakili bunyi, berbeda dengan huruf-huruf hieroglif yang mewakili kata-kata atau benda.
Kegiatan menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang menyebabkan orang makin giat menulis karena karya mereka mudah diterbitkan.
Menulis adalah menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafik (tulisan). Tulisan adalah suatu system komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata.
Tarigan (dalam Agus Suriamiaharja, 1996 : 1), menyatakan bahwa : “Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang – lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang, sehinga orang lain dapat membaca lambang – lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut “.
Sedangkan Robert Lodo (dalam Suriamiaharja, 1996 : 1), mengatakan bahwa : “Menulis adalah menempatkan simbol – simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol – simbol grafiknya”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang – lambang grafik untuk menyampaikan ide atau gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain .
C. Karangan
                        Merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
1: Macam – Macam Karangan di SD
Macam – macam karangan yang dapat diajarkan di SD dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Menurut Tingkatan
1. Karangan permulaan ( Kelas I dan II )
2. Karangan sebenarnya ( Karangan lanjutan ) di kelas – kelas berikutnya.
b. Menurut Isi / Bentuk
1. Karangan Varslag ( Laporan ), Umumnya diberikan di kelas – kelas rendah Misalnya : Menceritakan kembali ( secara tertulis ) apa – apa yang dialami dalam pengajaran lingkungan.
2. Karangan Fantasi, Mengeluarkan isi jiwa sendiri ( Ekspresi jiwa ), Misalnya : “Cita – citaku setelah tamat SD”. “Seandainya aku jadi raja”.
3. Karangan Reproduksi, Umumnya bersipat menceritakan / menguraikan suatau perkataan yang telah di pelajari atau di pahami, seperti mengenal ilmu – ilmu bumi, ilmu hayat, atau menulis dengan kata – kata sendiri apa yang telah di baca dll.
4. Karangan Argumentasi, Karangan berdasarkan alasan tertentu. Siswa dibiasakan menyatakan pendapat ataupun pikiranya berdasarkan alas an yang tepat.
c. Menurut Susunanya
1. Karangan Terikat
2. Karangan Bebas
3. Karangan Setengah bebas terikat
(Ngalim Purwanto dan Djeinah Alim, 1997 : 59)
2.Susunan Karangan
Susunan karangan atau wacana sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan dan Sulistyaningsih (1996 : 362) adalah : “ Wacana dibentuk oleh paragraf – paragraf, sedangkan paragraf dibentuk oleh kalimat – kalimat. Kalimat – kalimat yang membentuk palagraf itu haruslah merangkai, kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya harus berkaitan begitu seterusnya. Sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh atau membentuk sebuah gagasan. Selanjutnya paragraf dengan paragraf pun merangkai secara utuh membentuk sebuah wacana yang memiliki tema yang utuh “.
a. Kata
Setiap gagasan pikiran atau perasaan dituliskan dalam kata – kata. Kata adalah unsur kata yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat di gunakan dalam bahasa. Untuk dapat menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan dalam tulisan karangan. Seorang perlu memiliki pembendaharaan kata yang memedai dan pemilihan kata yang tepat. “Dalam memilih kata itu harus diberikan dua persyaratan pokok yaitu (1) Ketepatan (2) Kesesuaian” (Suriamiharja et – al, 1996 : 25). Persyaratan ketepatan yaitu kata – kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin di ungkapkan sehingga pembaca juga dapat menafsirkan kata – kata tersebut tepat seperti maksud penulis. Persyaratan kedua yaitu kesesuaian. Hal ini menyangkut kecocokan antara kata – kata yang dipakia dengan kesempatan / situasi dengan keadaan pembaca. Apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang dipergunakan tidak merupakan suasana atau tidak menyinggung perasaan orang yang hadir.
b. Kalimat
Kalimat terbentuk dari gabungan anak kalimat, sedangkan anak kalimat adalah gabungan dari ungkapan atau frase, dan ungkapan itu sendiri merupakan rangkaian dari kata – kata .
Kalimat yang dipergunakan dalam karangan berupa kalimat yang efektif yaitu kalimat yang benar dan jelas sehinga mudah dipahami orang lain. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pandangan atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembaca. Suryamiharja et-al (1996 : 38), Mangemukakan bahwa : Kalimat efektif dalam bahasa tulis, haruslah memiliki unsur – unsur :
            1. Dapat mewakili gagasan penulis
2.Sanggup menciptakan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang dipikirkan penulis.
c. Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari pada kalimat : paragraf merupakan kimpulan kalimat yang berkaitan dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan, Berkaitan dengan paragraf akhadiah, dkk (dalam Agus Suryamiharja, 1996 : 46), Menjelaskan bahwa “dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas sapai kalimat penutup”.
Fungsi dari paragraf dalam karangan adalah :
1. Sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide keseluruhan karangan.
2. Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok karangan. (Tarigan, 1996 : 48).
Menurut Suriamuharja (1996 : 48) “Paragraf baik dan efektif harus memenuhi tiga parsyaratan, yaitu (1) Kohesi (Kesatuan ) ; (2) Koherensi (Kepaduan) ; dan (3) Pengembangan / Kelengkapan paragraph”.
1.Kohesi (Kesatuan)
      Keraf (dalam Suriamiharja 1996 : 48) mengemukakan bahwa “yang dimaksud dengan kohesi / kesatuan dalam paragraf adalah semua kalimat yang membina palagraf secara bersama – sama menyatakan satu hal, satu tema tertentu”.
2. Koherensi (Kepaduan)
Keraf (Suriamiharja 1996 : 48) mengemukakan bahwa “yang dimaksed dengan koherensi / keterpaduan dalam paragraf adalah kekompakan hubungan antar sebuah kalimat denngan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu”.
3. Pengembangan / Kelengkapan paragraf
Keraf (dalam Suryamiharja 1966 : 50), mengemukakan bahwa “pengembangan paragraf adalah penyusunan atau perincian dari gagasan – gagasan yang membina peragraf itu”, Suatu paragraf dikatakan berkembang atau lengkap jika kalimat topik atau kalimat utama dikembangkan atau dijelaskan dengan cara menjabarkannya dalam bentuk – bentuk kongkrit, dapat dengan cara pemaparan dan pemberian contoh, penganalisaan dan nilai – nilai.

D.Gambar seri

Media Cerita Gambar Seri adalah cerita atau daya upaya dalam menyusun atau menulis karangan dangan menerjemahkan isi pesan visual ( gambar seri ) kedalam wujud atau bentuk bahasa lain. ( Kamus besar Bahasa Indonesia edisi ke – 2 tahun 1989 : 165 )
Berkaitan dengan penggunaan media gambar, Purwanto dan Alim (1997 : 63), mengemukakan bahwa “Penggunaan media gambar untuk melatih anak menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi karangan – karangan”, juga Tarigan (1997 : 210) mengemukakan bahwa “Mengarang melalui media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa”. Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa cerita gambar seri adalah cara atau daya upaya dalam menyusun atau menulis suatu tulisan atau karangan dengan menerjemahkan isi pesan visual (gambar seri) ke dalam bentuk tulisan.
Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah yang memiliki ciri – ciri sebagaimana dikemukakan Sudirman et-al (1991 : 219), yaitu :
1. Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu.
2. Memberi kesan kuat dan menarik perhatian.
3. Merangsang orang yana melihat untuk ingin mengungkapkan tentang obyek – obyek dalam gambar.
4. Berani dan dinamis.
5. Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami.

E,Pendekatan Whole Language
a: Pengertian Whole Language
                Dengan mengajarkan bahasa secara terpisah – pisah, sangat sulit memotivasi belajar siswa belajar bahasa karena siswa melihat apa yang dipelajarinya tidak ada hubunganya dengan kehidupan mereka. Oleh karena itulah digunakan pendekatan whole language untuk memberikan variasi pembelajaran pada siswa.
Pendekatan whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan bahasa secara utuh, tidak terpisah – pisah antara mendengar / menyimak, berbicara, dan menulis. ( Edelsky,1991; Frose,1990;Goodman,1986;Weaven,1992 ). Pendekatan Whole language didasari oleh faham contruksivisme yang menyatakan bahwa anak / siswa membentuk sendiri pengetahuanya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh ( whole ) dan terpadu ( Integrated ) ( Robert,1996).
Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran dan tewntang orang – orang yang terlibat dalam pembelajaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah siswa dan guru. Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan ketrampilan bahasa ( menyimak, berbicara, membaca, menulis ) diajarkan secara terpadu
Untuk menerapkan whole language kita harus mengetahui komponen – komponen yang terdapat dalam whole language. Menurut Routman ( 1991 ) dan Frose ( 1991 ) ada delapan komponen pendekatan whole language yaitu :
1.      Reading aloud
Yaitu kegiatan membaca yang dilakukan guru untuk siswanya. Guru dapat memilih cerita yang mampu menarik siswa untuk aktif mendengarkan cerita tersebut. Kegiatan ini bisa dilakukan setiap jam pelajaran Bahasa Indonesia dengan waktu yang singkat saja kurang lebih 10 menit.
2.    Jurnal writing
Yaitu kegiatan menulis yang dilakukan siswa terhadap kejadian yang dialaminya. Disinilah siswa belajar mengungkapkan perasaanya menceritakan kejadian di sekitarnya, membeberkan hasil kerjanya, dan menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan.
Kegiatan ini juga harus dilakukan setiap jam pelajaran Bahasa Indonesia dengan waktu yang singkat saja kurang lebih 10 menit saja.
Kegiatan ini memiliki banyak manfaat antara lain :
a.   Meningkatkan kemampuan menulis
Dengan menulis jurnal siswa akan terbiasa mengungkapkan pikiranya dalam bentuk tulisan yang kemudian membantunya untuk mengembangkan kemampuan menulisnya.
b.  Meningkatkan kemampuan membaca
Siswa secara spontan akan membaca hasil tulisanya setiap ia menulis jurnal. Dengan cara ini, tanpa disadari siswa melatih kemampuanya membacanya sehingga dengan menulis jurnal siswa tersebut juga meningkatkan kemampuan membacaya.
c.   Menimbulkan keberanian
Menulis jurnal bukanlah kegiatan yang harus dinilai maka siswa tidak perlu takut untuk berbuat salah. Kesempatan ini dapat digunakan sebagai sarana untuk bereksploitasi.
d.  Memberi kesempatan memberi refleksi
Melalui jurnal siswa bisa merefleksi apa yang telah dipelajarinya atau dilakukanya.
e.   Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi
Kejadian apa saja yang dialami oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah dapat diungkapkan dalam jurnal. Dengan menghargai apa yang ditulis siwa akan membuat siswa merasa dihargai.
f.   Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis
Terutama untuk siswa kelas tinggi, jurnal adalah sarana untuk mengungkapkan perasaan pribadi. Jurnal ini sering disebut diary atau buku harian. Untuk jurnal jenis ini siswa boleh memilih apakah guruboleh membaca jurnalnya atau tidak.
g.  Meningkatkan kemampuan berfikir
Dengan meminta siswa menulis jurnal berarti melatih mereka melakukan proses berfikir, mereka berusaha mengingat kembali, memilih kejadian mana yang akan diceritakan dan menyusun informasi yang dimiliki menjadi cerita yang dapat dipahami pembaca. Dengan membaca jurnal, guru mengetahui kejadian atau materi mana yang berkesan dan dipahami siswa dan mana bagian yang membuatnya bingung.
h.  Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis
Melalui jurnal siswa belajar tata cara menulis, seperti penggunaan huruf besar, tanda baca dan struktur kalimat ( tata bahasa ). Siswa juga mulai menulis dengan menggunakan topik, judul, halaman, dan subtopik. Merreka juga menggunakan bentuk tulisan yang berbeda, seperti dialog ( percakapan ) dan cerita bersambung. Semua ini diajarkan secara formal.
i.    Menjadi alat evaluasi
Siswa dapat melihat kembali jurnal yang ditulisnya dan menilai sendiri kemampuan menulisnya. Mereka dapat melihat komentar atau respons guru atas kemajuanya. Guru dapat menggunakan jurnal sebagai sarana untuk menilai kemampuan berbahasa anak, disamping juga penguasaan materi dan gaya penulisan.
j.    Menjadi dokumen tertulis
Dapat digunakan sebagai dokumen tertulis mengenai perkembangan hidup atau pribadinya. Setelah mereka dewasa, mereka dapat melihat kembali hal – hal apa yang pernah mereka anggap penting waktu dulu.
3.    Substained Silent Reading
Yaitu membaca dalam hati yang dilakukan setiap siswa. Dengan kegiatan ini akan memunculkan semangat siswa dalam belajar bahasa. Dengan kegiatan ini juga diharapkan perbendaharaan kata yang dimilki siswa juga bertambah dari hasil membacanya tersebut.
4.    Share Reading
Yaitu kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa dimana setiap orang mempunyai buku yang dibacanya. Manfaat kegiatan ini adalah :
a.   Melatih kemampuan siswa dalam membaca
b.  Mengaktifkan siswa yang belum aktif dalam pembelajaran
c.   Menumbuhkan kebersamaan antara guru dan siswa, siswa dengan siswa
5.    Guided Reading
Yaitu membaca terbimbing. Guru menjadi pengamat dan fasilitator,guru melemparkan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan kritis tentang apa yang dibacanya.
Manfaat kegiatan ini adalah:
a.   Membiasakan siswa berfikir kritis
b.  Melatih kemampuan membaca siswa
c.   Memudahkan siswa dalam erbahasa
6.    Guide Writing
Yaitu menulis terbimbing. Peran guru dalam kegiatan ini sebagai fasilitator, membantu siswa menentukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis dan menarik. Guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur, sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Dalam kegiatan ini proses writing, seperti memilih topic, membuat draft, memperbaiki dan mengedit dilakukan sendiri oleh siswa.
7.    Independent Reading
Yaitu membaca bebas, dimana siswa berkesempatan menentukansendiri materi yang ingin dibacanya. Guru berperan sebagai pengamat fasilitator dan pemberi respons
8.    Independent Writing
Yaitu menulis bebas bertujuan meningkatkan kemampuan menulis bebas. Siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa ada intervensi dari guru.
Itulah kedelapan komponen pendekatan whole language untuk menerapkanya kita harus memiliki strategi  - strategi khusus yang disesuaikan dengan keadaan. Maka apabila kita bisa menerapkan semua komponen itu dalam setiap pembelajara maka kita telah berhasil menerapkan pendekatan whole language
b.  Ciri – ciri kelas whole language
Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan. Barang – barang  tersebut tergantung di dinding, pintu, dan furniture. Label yang dibuat siswa ditempel pada meja, cabinet, dan sudut belajar. Poster hasil kerja siswa menghiasi dinding dan bulletin board. Karya tulis siswa dan chart yang dibuat siswa menggatikan bulletin board yang dibuat guru. Salah satu sudut kelas dibuat menjadi perpustakan yang dilengkapi berbagai jenis buku ( tidak hanya buku teks ) majalah, koran, kamus, buku petunjuk, dan berbagai macam barang cetak lainya.
1.      Siswa belajar melalui model atau contoh
2.      Siswa belajar dan bekerja sesuai kemampuanya
3.      Siswa berbagi tanggungjawab dalam pembelajaran.
4.      Siswa terlibat secara aktif terlibat dalam pembelajaran bermakna. Siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan yang membantu mengembangkan rasa tanggung jawab dan individual.
5.      Siswa berani mengambil resiko dan bebas bereksperimen. Guru di kelas whole language menyediakan kegiatan belajar dalam berbagai tingkat kemampuan sehingga semua siswa dapat berhasil. Hasil tulisan siswa dipajang tanpa ada tanda koreksi. Contoh hasil kerja setiap siswa terpampang di seputarruang kelas.
6.      Siswa mendapat balikan ( feedback ) positif baik dari guru maupun temanya.
c. Penilaian Whole language
Di dalam kelas whole language, guru senantiasa memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal, selama pembelajaran berlangsung, guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan siswa berdiskusi baik dalam kelompok ataupun diskusi kelas. Ketika siswa bercakap – cakap dengan temanya atau dengan guru, penilaian juga dilakukan.
            Penilaian juga berlangsung ketika siswa dan guru mengadakan konferensi. Walaupun guru tidak terlihat membawa – bawa buku nilai namun guru menggunakan alat penilaian seperti format obsesrvasi dan catatan anecdote. Dengan kata lain dalam kelas whole language guru memberikan penilaian pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung..
Selain penilaian informal, penilaian juga dilakukan dengan, menggunakan portofolio. Porto folio adalah kumpulan hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran. Dengan porto folio perkembangan siswa dapat terlihat secara otentik


DOWNLOAD FILE  FREE :

0 komentar: